Langsung ke konten utama

Postingan

Part selanjutnya.. SATU

KELALAIAN Emilia pada sikapnya di sekolah membuat Mama terpanggil ke sekolah. Itu sebuah bencana bagi dirinya. Dia berjalan menuju kelas dengan hati gelisah. Sesekali memperbaiki letak kacamata yang tergantung di hidung mancungnya karena sedikit tergelincir. Emilia memperlambat langkahnya sambil mengambil napas panjang. Hatinya sekarang mencelus, bibirnya mengatup seperti burung nuri dengan alis mata yang menyatu dengan kepala menunduk. Ketika dia hendak berbelok ke sudut koridor sebelah kiri, tiba-tiba seseorang muncul dari arah berlawanan. Mereka nyaris saling tabrak dan kaget. Namun Emilia tidak peduli, dia bahkan tidak memandang orang yang ada di depannya karena terlalu fokus melihat langkahnya. Mereka mencoba melanjutkan langkah masing-masing. Namun keduanya saling melangkah ke arah yang sama dan itu terjadi berulang kali. Emilia menarik nafas dan seluruh kekesalannya terkumpul di puncak kepala. “Eh, lo bisa nggak—” kalimat Emilia tertelan. Dia terpaku begitu memandan...
Postingan terbaru

Untuk kamu, yang menyukai cerita cinta-monyet

PROLOG EMILIA Folan yang duduk di kelas dua belas di SMA Garuda—sekolah yang cukup terkenal di Indonesia dengan bangunan dan seragamnya—tidak bangga menyatakan dirinya bahwa dia berstatus sebagai siswa di jurusan IPA, disayangkan. Dia tidak suka pada mata pelajarannya, membuatnya kewalahan karena tidak dapat berimajinasi. Emilia adalah anak kedua dari dua bersaudara, perempuan satu-satunya yang berusia tujuh belas tahun. Dia cewek tinggi-cendrung kurus, diantara cewek di kelasnya dialah yang paling tinggi, tomboy, dan rambutnya yang panjang suka dikuncir acak, kulitnya berwarna sawo karena sering di jemur—mendapat hukuman—sambil hormat di depan tiang bendera sekolah. Cewek berkacamata minus setengah itu adalah anak dari keluarga yang broken home, Mama dan Papa Emilia telah bercerai sejak dia berusia sebelas tahun. Emilia tinggal bersama Mamanya yang bernama Andien—seorang single parent, Kakak laki-laki yang bermana Gibran, dan seorang wanita paruh baya bernama Jeni, asisten ...